15.4.11

PARADIGMA POSITIVISTIK, POST POSITIVISTIK, OBJEKTIFITAS DAN SUBJEKTIFITAS (INTERPRETIF)


Paradigma positivistik
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.  Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak segala penggunaan metoda di luar yang digunakan untu menelaah fakta. Dalam perkembangannya, ada beberapa positivistik, yaitu : positivisme sosial, positivisme evolusioner, positivisme kritis, dan positivisme logik.
Paradigma post positivistik
Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yg subjektif  Asumsi terhadap realitas: there are multiple realities (realitas jamak) Kebenaran subjektif dan tergantung pada konteks value, kultur, tradisi, kebiasaan, dan keyakinan. Natural dan lebih manusiawi
objektifitas dan subjektifitas
 objektifitas adalah cara pandang non-subjektif. Maksudnya adalah cara memandang sesuatu hal berdasarkan atas fakta, bukti-bukti hasil riset, tanpa terpengaruhi oleh pendapat pribadi maupun pendapat orang lain. Pendapat Subjektif dan Objektif ini bedanya sangat tipis. Tanpa adanya bukti otentik yang mampu dirasakan oleh indra (diraba, didengar, dilihat, atau dicium) pendapat objektif akan tetap menjadi subjektif.
Objektivitas dan Subjektivitas berkaitan dengan apa-apa yang ada di dalam dan diluar pikiran manusia. Dalam pemahaman ini, objektivitas berarti hal-hal yang bisa diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia. Sedangkan subjektivitas adalah fakta yang ada di dalam pikiran manusia sebagai persepsi, keyakinan dan perasaan. Pandangan objektif akan cenderung bebas nilai sedangkan subjektif sebaliknya. Keduanya memiliki kelebihan-kekurangannya. Dalam tradisi ilmu pengetahuan objektivitas akan menghasilkan pengetahuan kuantitatif sedangkan subjektivitas akan menghasilkan pengetahuan kualitatif.
Misalnya kita mengukur meja dengan tinggi 2 meter, ini adalah fakta objektif. Persepsi seseorang tentang meja yang sedang kita ukur akan sangat beragam, misalnya menganggap meja jelek, sedang, atau bagus. Nilai yang dihasilkan oleh penelitian secara objektif menghasilkan kebenaran tunggal, untuk kemudian akan runtuh jika ada hasil lain yang menunjukkan perbedaan. sementara penelitian secara subjektif cenderung majemuk, amat bergantung pada konteks.
Objektivisme berdasarkan pada kejadian yang sesungguhnya. Sedangkan subjektivisme berdasarkan pada pendapat orang tersebut bahwa sesuatu “ada” karena dianggap hal tersebut memang “ada”.
Asumsi
Objektif
Subjektif
Ontology
Realism
Nominalism

Menganggap bahwa dunia sosial dibentuk dari sesuatu yang berwujud, dan tidak mudah berubah.
Menganggap dunia sosial di luar hanya merupakan nama, konsep, dan labil.
Epistemology
Positivism
Post-positivm

Mencoba menjelaskan dan memperkirakan apa yang terjadi dalam dunia sosial dengan melihat keteraturan dan hubungan sebab akibat.
Menganggap bahwa dunia sosial hanya dapat dimengerti dari sudut pandang individu yang secara
langsung dalam kegiatan penelitian tersebut
Human nature
Determinism
Voluntarism

Menganggap bahwa manusia dan aktivitasnya tergantung dari lingkungan tempat dia berada.
Menganggap bahwa manusia mempunyai kehendak
Atas aktivitasnya.
Methodology
Nomothetic
Idiographic

Penelitian harus berdasarkan aturan- aturan yang sistematis.
Peneliti hanya dapat mengerti apabila langsung terjun ke subjek yang sedang diteliti.


Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

Share/Bookmark

0 comments:

Posting Komentar